Thanks for your comin' !!!!

Yuk kita nulis yuk....
mau nulis di shoutbox??? ya monggooo tho...
mau nulis di komentar??? ya silahkannnn...enak tho...

Jumat, 13 Februari 2009

Lab Kimia

Hari ini di lab kimia. Feelingku lagi enak. ketawa ketiwi. Mas Bono kira aku baru dapet duit. Hehehe...padahal gak tuh. tapi kalo dikasih ya mau kok. I feel good aja. Gak ada sebab karena apa.
Hari ini kita (aku dan teman2 lab) bermain dengan alat ekstraksi. Maksudku seperangkat alat ekstraksi. Ada labu leher tiga, ektraktor dan sochlet kondensor. Kita hari ini belajar ekstraksi minyak dari microalgae yang namanya spirulina. Dia punya warna biru keunguan. Cakep deh. Pelarut ekstraksi yang kita pakai adalah n-heksan. Uap dari bahan kimia yang satu ini sering banget terhirup olehku. Hmmmmm....kepalaku sampe puyeng. Sebenernya aku udah tahu sih kalo si heksan ini kalo terhirup ama kita efeknya bisa sakit kepala. Tapi dasar emang akunya aja yang males ama keselamatan kerja diri sendiri. Kalo berhubungan dengan zat yang satu ini, aku jarang memakai masker. Wah...wah...emang ceroboh!

Senin, 09 Februari 2009

Belajar untuk Sabar

Aku ingin tak mudah jengah dan putus asa. Karena sebelumnya aku mudah sekali untuk itu. Tapi kali ini aku ingin “benar-benar”. Aku ingin belajar rela berhadapan dengan kecapekan, kehilangan ide, mencari-cari ide, juga hal-hal teknis yang berhubungan dengan komputer dan internet.
Selama ini aku sering setengah-setengah. Apa-apa setengah-setengah. Biasanya karena cobaan teknis entah itu dari komputer dan internet yang leletnya minta ampun. Aku juga suka mencari alasan. Aku sering berdalih, “semua ini karena aku tak punya PC”. Padahal aku masih bisa siasati itu. Aku benci dalih-dalih itu. Tapi aku sering memfokuskan pikiranku pada hal itu.
Aku belum bisa menjiwai keinginan dan tujuan dari keinginanku. Hanya dengan setengah hati aku melakukannya.
Tapi untuk kali ini, aku berharap pada diriku dan juga pada yang Menentukan Nasib, mudah-mudahan aku bisa bertahan. Tak mudah mengakhiri semuanya dengan ucapan “uhhh….capek!!!”. Aku tahu ini sulit. Karena aku terbiasa dengan pola seperti itu. Aku yakin keyakinan ini juga mudah surut. Tapi aku berharap pasang kembali. Semoga aku selalu punya harapan dan juga keinginan untuk bisa bertahan.

udah gila apa belom?

aku kesel. aku jengkel. aku pingin marah. tapi ama siapaaaaa???? mau kirim imel aja udah bikin BETE. belum lagi kalo attach file. bisa luamaaaaaaa banget. kesel tau gak! mang sapa yang bisa sabar ngadepi kayak gini. maunya tuh mukulin monitor biar gak lelet. tapi dia kan benda mati. ntar dikiranya aku gila lagi. mang sapa yang mikir itu?? komputernya??? lha katanya benda mati! gimana sih! lho kok aku marah-marah dewe.. jangan-jangan aku dah gilaaaaaaa!!!!! ooohhhhh tidaaaaaaaakkkk....

Minggu, 08 Februari 2009

Hijau Menemani Kuning

Suasana dingin begini aku menjumpai kuning. Dua kali. Biscuit roma slai olai rasa nanas adalah yang pertama. Bungkusnya kuning. Biscuit berlapis selai nanas di bagian tengahnya. “Uhh…aku suka lengketnya”. Makin terasa selainya. Pun gurihnya biscuit kelapa. Rasanya yang manis-manis gurih, aku suka. Kuning warna bungkusnya. Ceria dan menarik. Aku suka. Lalu aku minum air. Ternyata setelah kutelan, biscuit itu baru benar-benar terasa manisnya. Terlalu manis.
Aku tarik selimutku. Aku sadar, ternyata dia adalah kuning yang kedua. Selimut kotak kuning. Tepian kotaknya hijau. Hijau ingin menemani kuning. Hijau senang berteman dengan kuning. Tiap kotak kuning, bagian tepinya selalu ada hijau. Padahal kotak kuningnya sangat banyak. Terhampar di selimutku. Aku senang mereka mau berteman walau mereka berbeda warna.

Hujan Juga Air

Malam ini hujan. Tak terlalu deras sebenarnya. Tapi suara jatuhnya air ke lempengan genteng dan seng terdengar nyaring. Mengusik kantukku. Dingin di lantai. Aku belum melepas mukenah yang kupakai shalat isya' barusan.
Di depanku sebuah botol bekas pocari sweat. Tapi berisi air putih. Kira-kira sudah seminggu ini kugunakan botol ini untuk alat minumku. Tadinya gelas. Gelas dengan daun telinga untuk pegangan. Tapi aku rasa ribet dan harus aku cuci tiap kali aku hendak minum. Supaya bersih. Tak ada debu. Beda dengan botol ini. Dia memiliki tutup. Tiap kali ingin minum aku cukup buka tutupnya, menuangkannya ke rongga mulut dan menutupnya kembali begitu selesai minum. Minumku tak banyak. Malah terbilang sedikit. Tak heran kalo aku kadang-kadang dehidrasi dan panas dalam.
Di luar masih saja hujan. Rintihannya lebih lembut. Bagai musik pengantar tidur. Lembut nan hidup. Membuat siapapun terlelap. Kecuali aku. Karena aku sedang ingin menuliskan tentang hujan.
Botol pocari sweat di depanku masih. Tak bergerak sama sekali. Tak berpindah tempat. Aku lantas ingat, ini benda mati. Tapi, dari tadi dia mengamati aku. Aku membicarakannya. Tapi bukan sesuatu yang buruk. Hanya air. Air yang diam. Tergenang dan termenung. Pancaran kehidupan tak ada. Maksudku tak menonjol. Seperti halnya hujan.

Natalie Goldberg

Membaca tulisan Natalie Goldberg ibarat meneguk air dingin dalam botol ukuran sedang setelah beberapa menit kehausan. Membacanya menyegarkan kembali semangatku. memperbarui moodku dan memberi energi besar pada tanganku untuk terus berlatih menulis. Yang paling penting adalah berani percaya dengan pikiran sendiri.
Kuteguk air dari botol itu lagi. Kubaca lagi tulisan Natalie. Hebat!!! sensasi kesegarannya sama. Membuatku semangat dan makin bergairah.

Rabu, 04 Februari 2009

tanpa judul

kita terjebak kemacetan. lelaaaaah. capeeekkk...kita lihat kesemrawutan. lalu kita datang ke toko buku. di sana banyak terpajang buku-buku tentang cerita kesuksesan seseorang. lalu kita berkata "ah! itu semua cuma teori saja. bla bla bla bla bla".
aku sering alami hal seperti ini. tapi aku ingat lagi. mereka para penulis buku juga sering mengalami kesulitan sama seperti yang kita alami

menunggu kantuk

saat kau ingin tidur dan kau benar-benar mengantuk adalah saat yang paling menyenangkan. kenapa? karena bisa saja kau ingin tidur tapi sama sekali tidak mengantuk. pasti benar-benar menyesakkan. bosan menunggu. sampai akhirnya tanpa sadar kita akhirnya tertidur pulas.

Selasa, 03 Februari 2009

kita adalah penulis

torehkanlah sesuatu, maka kau jadi penulis. kita semua adalah penulis. penulis sejarah. dari masing-masing diri kita. abadikan sejarahmu agar anak cucumu tahu dirimu. tak hanya tahu tapi juga kenal. tak hanya kenal tapi juga dekat. seolah kau hidup di masa mereka. masa yang akan datang. yang pastinya kau sudah mati. aku yakin kau saat itu pasti sudah mati. karena umur manusia tak panjang. kecuali orang-orang pilihan.

Surga Taman Baca

Aku penulis
Dengan goresan pena
Kutuliskan sesuatu
Apapun itu

Aku seorang penulis
Resah dengan sekelilingku
Membuatku tak berarti apa-apa
Hanya menuliskannya

Aku melihat mereka
Bahagia, berkumpul di suatu taman
Di sebuah kampong kota
Mereka girang sekali
Hiburan gratis yang jadi impian
Mereka nikmati kali ini

Aku melihat mereka
Tak hanya bocah
Tapi juga ibu-ibu muda
Juga seorang ibu dengan cucunya

Aku melihat mereka
Di sana, iya di sana
Sebuah taman surga
Zhaffa namanya

Pengamen

sang pengamen menyanyi ikuti suara hati
sang pengamen berdendang ikuti alunan gitar
sang pengamen menyanyi dan terus menyanyi
tak berharap banyak meskipun perut lapar

menyanyi dan teruslah menyanyi
karna ada sedikit harap
sang pengamen sodorkan kantongnya
bekas bungkus permen kopi
yang dipungutnya dari tempat terbuang
satu persatu penumpang diurutnya
berharap sekeping uang
selembar uang jika ada yang berkenan

namun, kadang tak sekeping uang pun
tak selembar uang pun
yang jatuh ke kantongnya
untuk sebungkus nasi

tapi dia bisa bertahan hidup
dengan cara bagaimanakah
aku sendiri juga tak tahu
tapi aku ingin tahu

100 ribu yang kami tahu

Buat kami orang miskin
100 ribu amatlah berharga bagi kami
amatlah banyak bagi kami
untuk makan dan uang sekolah anak kami

buat kami orang miskin
100 ribu bernilai satu juta bagi kami
Kami kumpulkan dari kepingan-kepingan
Hasil jualan dagangan asongan kami

buat kami yang amat kaya
100 ribu bukan apa-apa bagi kami
amat kecil bagi kami
kami tak tahu darimana datangnya
kami juga tak tahu ke mana perginya

buat kami yang korupsi
100 ribu boleh dibilang tak ada artinya
kami palak dari bikin KTP dan perpanjangan SIM

aku seorang pegawai negeri
tapi bukan seorang guru
karena aku tak mau jadi guru
karena aku tak mau ikut demo
yang selalu minta kenaikan gaji
tapi tetap saja gaji guru dikebiri

Minggu, 01 Februari 2009

selamat tinggal kawan....

hikz...hikz...nangis juga akhirnya. rasanya kehilangan separuh nyawa (ceille). dia pergi meninggalkan uang 4 juta rupiah. entah kapan lagi aku bisa punya laptop lagi. aku bener2 kesepian tanpa yang satu ini. pingin nulis gak bisa. ngegame apalagi. ah bodo' mau ada laptop ato gak, aku kudu keep on writing!!!!!

sapa tahu dengan keterbatasan aku bisa berkarya lebih baik. biznya udah berkali-kali nulis ditolak terus ama si juru tolak alias penerbit(pssssssttt...awas kedengeran!!!). gak ngerti deh kenapa ditolak. apa takut bukunya gak laku??? aku siap kok promosiin.....

tapi kalo direnungkan lagi, aku tuh seharusnya gak perlulah kecewa kayak gini. toh banyak juga penulis yang awalnya ditolak terus berkali2. malah sampe ratusan kali. eh tapi pada akhirnya diterima juga. malah best seller. itu namanya buah KESABARAN. susah deh nyuburin yang namanya pohon kesabaran. mang pupuknya apa ya????
yah....silahkan pikir dewe....